Kamis, 05 Juni 2008

Cherokee Wrangler Community (CWC)

CHEROKEE WRANGLER COMMUNITY ( CWC ) didirikan oleh Elvin Nugraha Malkan, MM, pemilik VELOCITY Autosport yang merupakan sebuah workshop JEEP (CHRYSLER), pada tanggal 14 Februari 2004, dan telah di-akta-kan pendirian dan anggaran dasarnya, secara resmi didepan notaris.
Sebagai organisasi/klub, CWC mendapat pengakuan resmi dan dipayungi oleh DaimlerChrysler Indonesia atau ATPM kendaraan JEEP-CHRYSLER di Indonesia, dan juga pengakuan resmi dari IMI. Hal ini semua adalah sebuah gambaran jelas bahwa antara CWC dan VELOCITY Autosport merupakan “dua badan yang memiliki satu jiwa” atau sesuatu yang tidak bisa dipisahkan karena saling memiliki satu sama lain.

CWC adalah merupakan sebuah komunitas penggemar/pemilik kendaraan ber-merk JEEP (CHRYSLER) seperti Jeep Cherokee, Wrangler dan Grand Cherokee yang memiliki persamaan visi atau pandangan dalam melakukan dan mengikuti aktifitas organisasi ini. Mereka juga merupakan customer dari VELOCITY Autosport.

Para anggota CWC yang saat ini tercatat aktif sebanyak 150 anggota, setelah dilakukan pendaftaran ulang. Datang dari background profesi yang berbeda seperti: Pengusaha, Eksekutif BUMN, TNI, POLRI, Birokrat, Seniman/Artis, Dokter dan lainnya.
Mereka berdomisili tidak hanya di Bandung, tetapi terdapat anggota dari kota atau daerah lain diantaranya: Jakarta, Jogja, Surabaya, Kalimantan, Makasar dan Sumatra.

Dalam hal berinteraksi, Anggota CWC memiliki hubungan yang erat kekeluargaan satu sama lain. Mereka memegang teguh motto organisasi yang telah ditetapkan yaitu: “SHARING HAPPINESS”.
CWC sebagai organisasi/klub memiliki kultur atau karakter yang kuat dan khas, dimana para anggotanya dapat menikmati dan nyaman menjalani suasana itu dalam melakukan kegiatannya. Namun juga CWC mempunyai “rule of the game” yang tegas dalam menyikapi jika terjadi hal-hal yang dipandang dapat menganggu stabilitas dan kenyamanan berorganisasi/klub.

Pendek kata, CHEROKEE WRANGLER COMMUNITY (CWC) sebagai klub otomotif (kendaraan 4 WD) bukan hanya melakukan offroad dan turing baksos, namun memiliki sisi lain yang sangat khas dan spesifik, yaitu merupakan sebuah “LIFE STYLE” yang khusus dan hal ini tidak dimiliki oleh klub/organisasi lain.

Dalam hal perekrutan anggota baru, CWC memakai sistim rekomendasi atau referensi. Yaitu, calon anggota disarankan membawa referensi atau rekomendasi dari anggota yang telah tercatat resmi sebagai anggota CWC. Setelah itu dikaji oleh ketua atau team khusus yang dibentuk. Selanjutnya baru diputuskan, apakah dapat diterima atau tidak.

CWC setiap bulannya melakukan kegiatan yang sudah diagendakan selama satu tahun ke depan. Kegiatan itu diantarannya berupa: family gathering, touring, four wheeling/offroad, coaching clinic dan lainnya. Setiap kegiatan tersebut tadi selalu dibarengi dengan kegiatan sosial untuk membantu masyarakat yang membutuhkan.
Dengan latar belakang dan strata intelektual yang dimilikinya, CWC mendapat citra sebagai sebuah kumpulan yang exclusive dari masyarakat luas. Namun hal itu tidak menjadi penghalang untuk dapat berinteraksi dengan mereka (masyarakat luas) dan bersentuhan secara harmonis melalui kegiatan-kegiatan yang nyata dan positif. Lebih jauh lagi, dapat membangun kebersamaan juga jiwa korsa sesama warga Negara Indonesia yang baik dengan kreatifitas, ketertiban dan kemapanan.

Elvin Nugraha Malkan, Ir. MM

Persiapan Sebelum Melakukan "Offroad"

Olahraga offroad (berkendaraan di jalur di luar jalan aspal) memang mengasyikkan. Buat sebagian orang, kegiatan ini merupakan kegiatan yang bisa menghilangkan stres dan membunuh kejenuhan setelah selama satu minggu bekerja.
Namun, tidak sama dengan persiapan berkendara sehari-hari, agar bisa ber-offroad ria, diperlukan persiapan, baik teknis maupun nonteknis. Pemeriksaannya meliputi kesiapan kendaraan dan pengemudinya.
Untuk itu, Kompas sempat mengikuti Light Offroad di Kawasan Lembang, Bandung, yang diselenggarakan Cherokee Wrangler Community (CWC) beberapa waktu lalu. Ketua Umum CWC Elvin Nugraha Malkan menjelaskan beberapa hal yang perlu dipersiapkan menjelang kegiatan offroad.
Yang perlu diperhatikan adalah masalah persiapan. Di antaranya adalah masalah perencanaan rute dan pemeriksaan kendaraan. Dalam melakukan kegiatan offroad, seseorang harus membuat lebih dari satu rute perjalanan.
Hal ini berguna ketika rute pertama tidak bisa ditembus karena kondisinya memang sangat tidak memungkinkan. Karena kondisi alam selalu berubah-ubah. Untuk amannya, persiapkan dua atau tiga rute perjalanan.
Pemeriksaan kendaraan menjadi syarat utama agar kegiatan ini berlangsung lancar. Sedikitnya ada tiga hingga empat item mobil yang harus diperiksa, yaitu oli (transmisi dan mesin), sistem pengereman, dan sistem pendingin.
Pemeriksaan oli, baik transmisi dan mesin, diperlukan karena mobil akan digunakan dalam kondisi yang tidak biasa (ekstrem). SAE dan API service oli juga akan berpengaruh terhadap kinerja mesin. Elvin sendiri menyarankan API service oli menggunakan SL (bisa diatasnya) atau minimal SJ, sementara SAE disarankan 10-40 (untuk Jeep Cherokee dan Wrangler).
Untuk sistem pendingin, pemeriksaan diutamakan pada ketersediaan atau kondisi air radiator, water-pump, dan selang-selang. Hal ini perlu menjadi perhatian para offroader karena kinerja mesin yang berat pada saat offroad juga memerlukan sistem pendingin mesin yang mumpuni.
Masalah lain yang juga harus diperhatikan adalah keamanan berkendara. Sebagian besar mobil keluaran terbaru yang menggunakan sistem 4WD (four wheel drive) telah dijamin keamanannya oleh pabrikan. Namun, tidak ada salahnya untuk melengkapi kendaraan milik pribadi dengan roll-cage juga alat pengaman lainnya.
Roll-cage berfungsi memberi pengamanan terhadap penumpang ketika terjadi benturan atau ketika mobil terbalik saat beraksi. Roll-cage menahan beban badan mobil ketika ada benturan antara jalan dan badan (kabin) mobil.
Hal penting lainnya adalah kotak pertolongan pertama pada kecelakaan. Peralatan standar yang ada dalam kotak P3K akan sangat membantu pengemudi dan penumpang bila terluka ringan.
Menyangkut penggunaan sistem four wheel drive, ada beberapa jenis sistem 4WD yang dikenal selama ini, yaitu part time 4WD, full time 4Wd dan dilengkapi gigi low. Cara yang paling baik untuk mengenali dan mempelajari sistem 4WD adalah dengan menggunakannya di lapangan sehingga pengemudi bisa mengetahui kelebihan dan kekurangan setiap sistem. Sebelumnya, diharapkan pengemudi bertanya kepada teman-teman atau pengemudi yang sudah ahli tentang 4WD.
Yang tak kalah pentingnya adalah teknik mengemudi. Ada beberapa tips yang diberikan Elvin. Pertama, hindari melakukan pengereman secara mendadak di lokasi sangat licin. Kedua, pengemudi harus memainkan pedal gas se-smooth mungkin. Jangan mengentak pedal gas secara mendadak.
Ketiga, untuk teknis membelokkan kendaraan, usahakan dari sisi luar jalan menuju sisi dalam (tidak absolut). Hal ini berguna terutama ketika sedang berkendara di sisi jurang.
Keempat, ketika melintasi sungai atau genangan air, pengemudi harus melakukan pemeriksaan kedalaman air. Kalau tidak memungkinkan, cari alternatif lain.
Kemudian, hindari penggunaan putaran mesin tinggi ketika sedang melintasi air dengan ketinggian setinggi kap mobil.

Berita dari Koran KOMPAS (9 Desember 2005)

Rabu, 16 Januari 2008

Kumpulan “Penggila” Jip

Bandung-Sedikit berbeda dengan beberapa komunitas otomotif pengguna kendaraan berpenggerak roda empat (4-WD) yang ada, Cherokee & Wrangler Community (CWC) terbilang jarang mengikuti kompetisi adventure atau speed off-road di Tanah Air. Pasalnya, CWC memang bukan sebuah tim off-road.
“Namun bukan berarti kami anti terhadap berbagai kompetisi, nyatanya beberapa di antara kami pernah dan masih aktif mengikuti kejuaraan, walau intensitasnya tidak terlalu tinggi,” kata Ketua CWC Elvin Nugraha Malkan kepada SH belum lama ini.
Komunitas pemakai dan penggemar Jip buatan Daimler-Chrysler ini berdiri 14 Februari tiga tahun lalu. Namun bukan karena lahir tepat di hari Valentine, jika banyak anggotanya berjenis kelamin perempuan. Ini hanya kebetulan belaka. Tetapi tak bisa dipungkiri jika kumpulan tersebut lebih menonjolkan sebuah gaya hidup ketimbang fokus ke olahraga otomotif.
Tak pelak hampir 20 persen anggota CWC adalah kaum hawa dari lebih kurang 150 anggotannya. Kelompok perempuan taft itu sangat menikmati berada di tengah kumpulan para penggemar mobil yang menjadi simbol kejantanan sebuah kendaraan. Perempuan-perempuan anggota CWC terbilang proaktif serta didukung penuh oleh anggota lainnya.
“Sangat menyenangkan berada di tengah-tengah pencinta jip ini. Berbeda dengan klub motor di mana saya juga jadi anggotanya. Di sini saya bisa sepenuhnya enjoy sekaligus bisa mengajak seluruh anggota keluarga menikmati alam saat ada event penjelajahan ke daerah-daerah tertentu,” kata Dedi Gumelar alias Miing Bagito, yang juga jadi salah satu anggota komunitas tersebut.
Hal tersebut terungkap saat Miing mengikuti Coaching Clinic & Technical Driving, yang digelar CWC di kawasan Parongpong, Lembang, Bandung, beberapa waktu lalu. Klub ini memang terbilang getol mengadakan ajang sejenis ini untuk internal anggotanya, bahkan dihadiri pula oleh pemegang merek itu, yakni PT Daimler-Chrysler Indonesia (DCI).
“Apresiasi tinggi pantas dilayangkan untuk mereka, karena di samping aktif menggerakan roda organisasi, dalam setiap ajang yang digelar CWC tak pernah absen melakukan aksi sosial untuk sesama,” ujar Senior Officer Corporate Communication DCI, Wim Ekel yang kerap mengikuti hampir setiap acara yang digelar CWC.

Berciri Heterogen
Menurut Elvin, dari hasil registrasi anggota terbaru yang dilakukan akhir Mei lalu, sebanyak 150 anggotanya masih tetap berciri heterogen, dari berbagai jenis profesi dan lapisan sosial tertentu. Jika dirata-ratakan, kelompok sosial dengan kondisi ekonomi yang mapan cukup mendo-minasi komposisi keanggotaan CWC. Mereka adalah pengusaha, eksekutif BUMN, anggota TNI atau Polri, seniman atau artis, paramedis, birokrat hingga mahasiswa.
“Bukan bermaksud menjaga eksklusivitas, namun pola tersebut terbentuk dengan sendirinya. Pola perekrutan anggota masih tetap menggunakan cara rekomendasi dan referensi dari anggota lama. Ini sangat efektif untuk menjaga komunitas agar tetap solid,” tambah Elvin.
Tampaknya kegiatan seperti Coaching Clinic & Technical Driving ini bukan sekadar upaya menetralisisasi anggapan kumpulan ini sebuah klub yang eksklusif. Elvin mengatakan memang seperti itulah tradisinya.
Ia menceritakan CWC sejak awal tahun berencana akan melakukan adventure atau penjelajahan ke Ujungkulon awal Juni lalu. Namun mendadak, acara ini dialihkan ke Yogyakarta dengan acara yang juga diubah dan diberi tajuk CWC-Charity Trip for Yogya yang mengusung misi kemanusiaan.

Berita dari Harian Sinar Harapan.....2006